Sunday, 25 December 2016

Manusia, Sebab Penciptaan Alam Semesta !



Manusia sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an adalah rahasia penciptaan alam semesta. Tidak ada yang mampu menjelaskan hakikat manusia seperti Al-Qur’an.

Kali ini kita akan melihat 7 keutamaan manusia yang dijelaskan oleh Al-Qur’an sebagai berikut :

1. Diciptakan langsung oleh “Tangan-Nya”

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ

(Allah) berfirman: “Wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.” (QS. Sad: Ayat 75)

2. Tercipta dari “ruh” Allah.

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al-Hijr: Ayat 29)

3. Allah titipkan amanat kepadanya.

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.” (QS. Al-Ahzab: Ayat 72)

4. Diajarkan seluruh nama kepadanya.

وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya.” (QS. Al-Baqarah: Ayat 31)

5. Malaikat diperintahkan untuk sujud kepadanya.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَم

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” (QS. Al-Baqarah: Ayat 34)

6. Dijadikan khilafah dimuka bumi.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَة

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (QS. Al-Baqarah: Ayat 30)

7. Segala sesuatu diciptakan untuknya.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ

“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.” (QS. Al-Jatsiyah: Ayat 13)

Inilah tujuh keutamaan manusia sebagai intisari penciptaan alam semesta. Bentuknya memang kecil ditengah alam yang luas ini namun didalam dirinya terdapat potensi yang begitu besar.

“Apakah engkau mengira bahwa dirimu adalah tubuh yang kecil sementara pada dirimu terdapat alam yang lebih besar.”

Sayyidina Ali bin Abi tholib

Nb : Untuk memahami makna “diciptakan langsung oleh Tangan-Nya” dan “tercipta dari ruh Allah” silahkan buka buku-buku tafsir Al-Qur’an.

Sumber:

Saturday, 24 December 2016

Ternyata Inilah Makna Ayat “Jagalah Keluargamu dari Api Neraka!”


Ternyata Inilah Makna Ayat “Jagalah Keluargamu dari Api Neraka!”

Seorang bernama Abu Bashir pernah bertanya kepada Imam Ja’far As-Shodiq (Guru Imam madzhab Maliki dan Hanafi) tentang firman Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim: Ayat 6)

Dia bertanya, “Aku mampu memelihara jiwaku, tapi bagaimana aku akan menjaga keluargaku (dari api neraka)?”

Imam Ja’far menjawab, “Perintahkan mereka sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah dan larang lah mereka sesuai dengan apa yang dilarang oleh-Nya. Jika mereka menaatimu maka engkau telah menjaga mereka, namun jika mereka melanggar apa yang kau katakan maka engkau telah melaksanakan kewajibanmu.”

Semoga bermanfaat…

Sumber:

Tuesday, 20 December 2016

Abu Qudamah dan Mujahid Kecil



Abu Qudamah, salah seorang panglima kaum muslimin dalam peperangan melawan Romawi berkata;

“Saat peperangan itu saya adalah panglimanya, maka saya menyeru untuk berjihad di jalan Allah. Lantas datanglah seorang perempuan membawa kertas dan bungkusan, lalu saya membuka kertas itu untuk membacanya dan melihat isinya. Ternyata di dalamnya terdapat tulisan:
‘Bismillahirrahmanirrahim.
Dari seorang muslimah umat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada panglima tentara muslim.
Keselamatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala semoga terlimpah kepadamu. Amma ba’du.
Sungguh, engkau telah mengajak kami berjihad di jalan Allah sementara tidak ada kekuatan bagiku untuk berjihad dan tidak ada kemampuan untuk berperang. Di dalam bungkusan ini terdapat jalinan rambutku. Ambillah sebagai pengikat kudamu. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menuliskan untukku sebagian dari pahala orang-orang yang berjihad.
“Saya bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas taufik yang diberikan kepada perempuan tersebut. Saya yakin bahwa umat Islam menyadari kewajiban dan berkumpul untuk melawan musuh. Ketika kami menghadapi musuh, saya melihat anak kecil yang bagus bicaranya. Saya mengira bahwa dia tidak ikut perang karena usianya yang masih belia, lalu saya mencegahnya karena kasihan kepadanya. Kontan dia berkata, ‘Bagaimana kamu ini malah menyuruhku pulang padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,
Berangkatlah kamu dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat.” (QS. At-Taubat: 41)
“Akhirnya saya membiarkannya, kemudian dia menghadap kepadaku dan berkata, ‘Pinjamilah aku tiga anak panah,’ dengan perasaan heran bercampur kasihan saya berkata kepadanya, ‘Saya akan meminjami kamu apa yang engkau inginkan dengan syarat; hendaknya engkau memberi syafaat kepadaku jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikanmu mati syahid –saya menduga seperti itu dengan diliputi rasa cinta.’ Dia menjawab, ‘Baiklah, Insya Allah.’ Selanjutnya saya memberikan kepadanya tiga anak panah, kemudian dia menghadapi musuh dengan penuh kekuatan dan semangat yang bergelora.”
“Dia senantiasa mengenai musuh dan musuh mengenai dirinya sehingga dia tersungkur jatuh di medan perang. Mataku tidak pernah terlepas darinya sepanjang peperangan lantara kagum sekaligus kasihan kepadanya, ‘Apakah engkau ingin makan atau minum?’”
“Dia menjawab, ‘Tidak. Sungguh, saya memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala atas apa yang telah terjadi pada diriku. Akan tetapi, saya punya keperluan denganmu.’ Saya berkata kepadanya, ‘Tidak ada yang lebih saya sukai dari pada memenuhi keperluanmu itu, wahai anakku! Mintalah kepadaku apa yang engkau inginkan’.”
“Lantas dia berkata seraya mengeluarkan nafasnya yang suci, ‘Sampaikan salamku untuk ibuku kemudian serahkanlah barang-barangku kepadanya’.”
“Saya bertanya, ‘Siapakah ibumu, wahai anak muda?’ Dia menjawab, ‘Ibuku ialah orang yang memberikan rambutnya kepadamu untuk mengikat kudamu ketika dirinya tidak mampu berperang di jalan Allah’.”
“Saya berkata, ‘Semoga Allah memberkahi kalian sekeluarga’.”
“Kemudian dia pun meninggal dunia. Saya pun melaksanakan apa yang telah menjadi kewajibanku. Ketika saya menguburkannya, tiba-tiba bumi memuntahkannya kembali. Lalu saya menguburnya lagi, ternyata bumi masih juga memuntahkannya. Lantas saya menggali kuburnya lebih dalam, kemudian saya menguburkannya, dan ternyata bumi memuntahkannya untuk kali ketiga.”
“Saya berkata sendiri, ‘Barangkali dia berperang tanpa disertai ridha ibunya.’ Lalu saya melakukan shalat dua rekaat dan berdoa kepada Allah agar mengungkap kepadaku mengenai apa yang terjadi pada anak tersebut.”
“Tiba-tiba saya mendengar seseorang berkata kepadaku, ‘Wahai Abu Qudamah! Biarkanlah wali Allah itu.’ Akhirnya saya pun membiarkannya beserta segala urusannya. Saya yakin bahwa dia mempunyai kedudukan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
“Ketika kami masih dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba ada seekor burung datang, lalu memakannya. Saya sangat takjub dengan kejadian tersebut. Kemudian saya menuju ke tempat ibunya untuk melaksanakan wasiatnya.”
“Ketika ibunya melihatku, dia berkata, ‘Apa yang mendorongmu datang ke sini wahai Abu Qudamah, apakah engkau datang untuk berbela sungkawa ataukah untuk mengucapkan selamat?’”
“Aku bertanya kepadanya, ‘Apa maksudnya?’”
“Ibunya menjawab, ‘Jika anakku meninggal dunia, berarti engkau datang kepadaku untuk berbela sungkawa. Jika anakku gugur di jalan Allah dan meraih syahid, berarti engkau datang untuk mengucapkan selamat.”
“Lantas saya menceritakan kisah anak kepadanya dan saya ceritakan pula tentang burung dan apa yang dilakukan burung tersebut terhadap anaknya.”
“Ibunya berujar, ‘Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabulkan doanya.”
“Saya bertanya kepadanya, ‘Apa doanya?’”
“Ibunya menjawab, ‘Sesungguhnya dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam shalat-shalatnya dan kesendiriannya dan membaca doa berikut di pagi dan sore hari, ‘Ya Allah! Kumpulkanlah aku di dalam tembolok burung’.”
“Kemudian saya meninggalkan ibunya dan saya tahu mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan pertolongan pada kami dan mengalahkan musuh-musuh.”

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

Thursday, 15 December 2016

Jauhkan Dirimu dari Harapan yang Sia-Sia !



Ketika kita bergantung kepada makhluk, sehebat apapun ia, sebesar apapun kekuatannya hanya akan mengantarkan pada kekecewaan dan kebinasaan.

Ingatkah kita dengan putra Nabi Nuh AS? Ketika Nabi Nuh mengajaknya untuk naik perahu, ia menolak dan ingin menyelematkan diri dengan mendaki gunung.

Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”

Namun apa yang terjadi? Setinggi apapun gunung itu tidak akan menyelamatkanya.

Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. (QS. Huud: Ayat 43)

Maka jangan pernah berharap dan bergantung kepada makhluk, karena sehebat apapun ia tidak memiliki kekuatan dihadapan Allah SWT.

Di tempat lain Nabi Musa dengan segala kelemahan seorang bayi bisa selamat dari maut sementara Fir’aun dengan segala kekuatannya menjadi binasa tak bersisa. Karena semua itu bergantung pada kekuasaan dan kehendak-Nya.

Jangan Putus Asa, Semuanya Mudah bagi Allah !



Ada dua kejadian dalam Al-Qur’an yang seakan tidak masuk akal namun dapat terwujud ketika Allah telah berkehendak. Dua kejadian ini menyimpan pelajaran yang begitu berharga;

1. Ketika Allah menyampaikan kabar kepada Nabi Zakaria AS bahwa beliau akan memiliki anak. Saat itu beliau terheran karena umur beliau sudah tua dan istrinya mandul. Namun Allah berfirman;

Tuhan berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali”. (QS. Maryam: Ayat 9)

2. Ketika Siti Maryam AS hendak dikaruniai seorang anak tanpa ayah, Allah berfirman;

Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”. (QS. Maryam: Ayat 21)

Ayat ini hendak menepis segala pemikiran yang menganggap Allah tidak memiliki kuasa untuk melakukan sesuatu yang seakan “tak mungkin terjadi”.

Ayat ini ingin menggugah hati mereka yang lemah dan mudah putus asa dalam menghadapi ujian hidup. Setiap kita ditimpa kesulitan ingatlah bahwa “segala sesuatu itu mudah bagi Allah”.

Serumit apapun masalahnya, sebesar apapun kesulitannya di mata kita, ketahuilah bahwa itu semua mudah dan ringan di mata Allah SWT.

Tanamkan dalam hati kita ayat singkat ini dan jangan pernah putus asa,

قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ

Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagi-Ku….”

Semoga bermanfaat….

Inilah Kunci Pertama Jalan Keluarmu !



Setiap pintu memiliki kunci, begitu juga setiap masalah pasti memiliki jalan keluar.

Ketahuilah bahwa kunci pertama untuk membuka pintu masalah kita adalah keyakinan pada kasih sayang dan Kuasa-Nya.

Keyakinan itulah yang membawa kita pada jalan keluar. Ketika keyakinan itu semakin dalam maka terangnya jalan keluar semakin terlihat. Tidakkah Allah berfirman,

Katakanlah: “Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan.” (QS. Al-An’am: Ayat 64)

Karena itu ingatlah Allah selalu karena di sanalah letak segala keberhasilan kita.

“Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: Ayat 10)

Ingatlah Hari Ketika Semua Rahasia Terbongkar !



Setiap manusia memiliki jalan pikiran masing-masing. Terkadang orang berpikiran buruk kepada kita dengan melontarkan tuduhan yang bermacam-macam. Kadang kala kita dianggap sebagai sosok mulia seperti malaikat yang tak memiliki dosa.

Hidup ini memang membingungkan. Tuduhan-tuduhan buruk itu mungkin merugikan kita dan pujian-pujian mereka membuat kita besar kepala. Padahal sebenarnya itu semua tidak penting.

Kita sering sibuk dengan penilaian manusia padahal anggapan mereka tidak akan berarti apa-apa.

Topeng-topeng kemewahan, jubah-jubah ketakwaan dan tampilan “orang baik” dihadapan manusia pada akhirnya akan habis sia-sia. Karena kelak di hari kiamat segala sesuatu akan terbongkar dan semua topeng akan tersingkap.

Maka jangan terpana oleh pandangan manusia. Fokuslah kepada hakikat sebenarnya dari diri kita. Bagaimana kita sebenarnya? Benar-benar bersih atau hanya pura-pura bersih? Benar-benar bertakwa atau pura-pura bertakwa?

Ingatlah bahwa tidak ada yang tersembunyi dihadapan-Nya. Wujud asli kita akan tampil dihadapan semua manusia kelak di hari kiamat.

"Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang Mahabenar, dan Maha Menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)." (QS. An-Nur: Ayat 25)

Maka lakukan semua hanya untuk Allah. Niatkan segala sesuatu demi menggapai keridhaan-Nya. Karena pandangan manusia hanya akan berakhir sia-sia. Sementara seluruh amal kita akan diperlihatkan dihadapan setiap mata.

“Pada hari ditampakkan segala rahasia.” (QS. At-Tariq: Ayat 9)

Semoga bermanfaat…

Logika Terbalik Para Pengikut Fir’aun



"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa,." (QS. Ali 'Imran: Ayat 133)

Banyak sudut pandang orang dan media yang memunculkan tokoh atau kisah sukses perjalanan kehidupan dunia, bahkan dengan usia yang masih muda, bahkan kita berdecak kagum dengan semua karunia kesuksesan tersebut. Sungguh baik sekali bila kesuksesan tersebut diiringi dengan kemanfaatan yang banyak bagi sesama.

Yang perlu kita perhatikan dengan prestasi dunia tersebut adalah sudahkah prestasi akhiratnya sama atau lebih dengan prestasi dunianya. Sudahkan 5 rukun islam: Syahadat, shalat, zakat, puasa, haji bagi yang mampu sudah dilaksanakan.

Mudah-mudahan Allah SWT memampukan dan mengizinkan kita semua untuk bisa memperoleh kesuksesan akhirat dengan beribadah kepadanya,.... sehingga doa kita bisa terkabul.

Perseteruan antara Haq dan Bathil telah terjadi sejak manusia pertama diciptakan. Setiap zaman memiliki aktor-aktor yang mewakili Nabi Adam AS dan Iblis. Seperti Nabi Musa AS dan Fir’aun contohnya.

Uniknya, mereka yang berada di pihak bathil memiliki logika yang sama. Walau terpaut waktu yang begitu jauh tapi logika mereka tetap se-irama. Kita menyebutnya logika Fir’aun.

Bagaimana logika Fir’aun itu?

Logika Fir’aun adalah logika memutar balik fakta. Yang benar dibilang salah, yang sesat disebut benar.

Seperti dikutip dalam Al-Qur’an,

“dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar”. (QS.Ghafir: Ayat 29)

Dan dia menuduh Musa sebagai pembawa kesesatan

“sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.”(QS.Ghafir: Ayat 26)

Mari kita lebih jeli dalam berlogika. Semoga kita tidak termakan oleh logika para pengikut fir’aun. Ya Allah berikanlah kepada kami kebaikan kehidupan di dunia dan di akhirat.

Aamiiin ya rabbal alaamiin.

Tuesday, 13 December 2016

9 Langkah Mendekat Kepada ALLAH SWT



Menurut Al Ghazali, agama adalah jalan atau perjalanan menuju Allah. Dalam terminologi sufistik perjalan ini dinamai al-Suluk,  sedangkan penempuh perjalanan dinamai al-Salik, sang penempuh perjalanan, dan yang dituju (al-Mathlub) adalah Allah SWT (Mizan al-amal, 1979).

Dalam bahasa yang lebih umum perjalanan ini dinamai taqarrub, yaitu proses mendekatkan diri kepada Allah. Taqarrub ini valid, absah, karena Allah adalah dekat, qarib (QS. Al-Baqarah: Ayat 186), bahkan lebih dekat dari urat nadi manusia (QS. Qaf: Ayat 16) 

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sungguh Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-'Ankabut: Ayat 69)

"Siapa mendekat kepada KU (Allah) sejengkal, maka aku akan mendekatinya satu hasta, Siapa yang mendekat kepada KU (Allah) satu hasta, maka aku akan mendekat kepadanya satu depa. Dan siapa yang mendekat kepada KU (Allah) dengan berjalan kaki, maka aku akan mendekatinya dengan berlari-lari kecil." (HR Muslim)

Mendekati Allah SWT dalam bahasa gaulnya PDKT (pendekatan) sama Allah SWT adalah sebuah ikhtiar insani untuk meraih kecintaan Allah SWT, meraih kecintaan Allah SWT bukan berarti semua keinginan kita dipenuhi oleh Allah SWT. Dicintai Allah SWT berarti Allah SWT yang akan membimbing kita sehingga apabila berbuat salah Allah lah yang menegur langsung, diberi petunjuk untuk bisa mengenal Allah dan taufik serta hidayah untuk menjalankan perintah dan larangannya. Inilah karunia nikmat terbesar dalam hidup ini, Karunia ditunjuki jalan yang lurus yang hanya Allah berikan kepada Nabi nya, Shiddiqin dan Orang-orang Shalihin.

1. Bertobat kepada Allah SWT

"Nabi bersabda, setiap manusia adalah pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan adalah orang yang selalu bertaubat." (HR. Tirmidzi)

Para Nabipun belajar dari kesalahan, Nabi Ibrahim menemukan agama tauhid melalui suatu upaya runtutan yang keliru (QS. Al-An'am: Ayat 75-82), Nabi Musa melakukan pembunuhan yang tak sengaja kemudian menyesali dan mengambil pelajaran darinya (QS Al-Qasas: Ayat 15-19 ), Nabi Daud diajari suatu pelajaran penting yang menyadarkannya akan kesalahannya di masa lampau (QS. Sad: Ayat 21-26).

Tidak seperti Malaikat yang bisa selalu taat kepada Allah, Manusia diberi potensi kebaikan dan keburukan, maka beruntunglah orang yang selalu mensucikannya dan merugilah orang yang mengotorinya.

Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)Nya (7) maka dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya (8) sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa) itu dan sungguh rugi orang yang mengotorinya (10). (QS. Asy-Syams : Ayat 7-10)


Salah satu jalan untuk meminta ampunan penghapusan dosa adalah dengan beristighfar (Astaghfirullah) (QS. Nuh: Ayat 10-12). Dengan beristighfar kita memohon ampunan Allah. Bila Allah mengampuni, Dia lebih dari sekedar menghapus dosa kita. Dia menerima taubat kita dan datang menolong kita (QS. Ali 'Imran: Ayat 31).  Dia membantu kita memperbaiki kerusakan yang kita timpakan atas diri kita sendiri (QS. Al-Ahzab: Ayat 71), dan membimbing kita kepada perbaikan (QS. Al-Hadid: Ayat 78). Bahkan, taubat dapat menghantar hamba menjadi kekasihnya: Sungguh Allah mencintai orang yang bertaubat dan orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah: Ayat 222).

2.  Memperhatikan Ayat-Ayat Allah di Alam Semesta

“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain”.(HR. Bukhari no: 4739).

Hadits diatas mengingatkan kita bahwa orang yang paling baik dalam pandangan Allah adalah orang yang belajar Al Qur'an dan mengajarkannya, maka untuk menjadi manusia terbaik di mata Allah adalah bukan hanya yang belajar Al Qur'an, tetapi juga mengajarkannya.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."(QS. Al-Baqarah: Ayat 164)
***
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,  (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali 'Imran: Ayat 190-191)
***
"Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong." (QS. Al-Kahf: Ayat 51)
***
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui." (QS. Ar-Rum: Ayat 22)
***
"Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Ghafir: Ayat 57)
***
Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". (QS. Asy-Syu'ara': Ayat 29)

3. Bersihkan Hati Selalu

"Sesungguhnya Allah TIDAK MELIHAT RUPA dan HARTA kalian, tetapi Ia MELIHATI HATI dan AMAL kalian." (HR. Muslim)


Dan demi jiwa serta penyempurnannya, maka kami ilhamkan kepadanya jalan kefasikan dan taqwa, sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa itu dan sungguh rugi orang yang mengotorinya (QS. Asy-Syams: Ayat 7 - 10)

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd: Ayat 28)

Ibarat manusia memilih jodoh (pria/ikhwan) memilih (wanita/akhwat) yang akan dijadikan istrinya dengan  maka kriterianya ada 4 : Kecantikan, Kekayaan, Agama , dan Keturunan yang baik. Dari 4 kriteria itu adalah kriteria manusia dalam melihat calon istrinya .

Allah SWT dalam melihat hambanya hanya melihat hatinya, dalam hati segala perbuatan, niat berasal dari hatilah yang menentukan baik buruknya seseorang.
Seperti dalam hadits

"Sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal daging, apabila baik, maka baiklah seluruh amalnya dan bila segumpal daging itu buruk maka buruklah segala perbuatannya.

Maka perbuatan  manusia  adalah cerminan dari apa yang ada di dalam hatinya.

Teknik-Teknik Praktis Penyucian Jiwa :

1. Ilmu yang bermanfaat
2. Amal Saleh
    A. Shalat
    B. Zakat dan Sedekah
    C. Puasa
    D. Haji
    E. Jihad
    F. Ibadah-Ibadah Sunnah
3. Muhasabah dan Taubat
    A. Muhasabah
    B. Taubat
    C. Bersahabat dengan orang-orang saleh dan merenungi keadaan mereka

    D. Menikah

***

4. Mencintai Allah Lebih dari yang Lain

Dalam bahasa sufi Allah itu Maha Pencemburu, dosa yang tidak diampuni adalah dosa syirik (menduakan Allah) “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.

5. Jadikan Hanya Allah Tujuan dan Sandaran (Tawakkal)  dalam Hati

Dalam kehidupan ini banyak tujuan hidup yang bisa terlintas dalam hati, misalnya dalam bekerja di kantor atau berdagang, bisa jadi tujuannya hanya untuk memenuhi tujuan hidup sehari-hari tanpa ada tujuan ibadah kepada Allah SWT, untuk bisa mendekati Allah atau menjadi kekasih Allah maka aktivitas sehari-hari harus ditujukan hanya untuk beribadah kepada Allah.

"Dan Tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat: Ayat 56)

Maka sebaik-baik niat untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah.

”Sesungguhnya Allah tak menciptakan dua hati dalam rongga dada manusia." (QS. Al-Ahzab: Ayat 4)

Artinya, jika kita isi hati kita dengan segala sesuatu yang tak sejalan dengan penghambaan kita kepada-Nya, maka kesadaran akan Allah tak memiliki tempat di dalamnya.

Jika Allah telah menjadi tujuan hidup dan sandaran kehidupan hanya kepada Allah SWT, maka saat itulah Allah SWT akan terasa begitu dekat dengan hamba-Nya, pada saat tidak ada tujuan kecuali Allah tujuannya dan tidak ada sandaran, kecuali bersandar kepada Allah.


Menurut Ibnu Qoyyim Al Jauzi: “Tawakal merupakan amalan dan ubuddiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarahkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/Arruh-fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)

6. Bersungguh-sungguh dalam Menuju Allah

"Dan Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Al-'Ankabut:  Ayat 69)

7. Mencari Ilmu Tentang Allah (Ma’rifatullah)

Jika ada orang yang bertanya siapakah Allah? Maka tidak ada salahnya di beri jawaban yang sederhana: “Katakanlah, DIA-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya. (QS. Al-Ikhlas: Ayat 1-4)

Jika masih bertanya untuk kedua kalinya : Siapakah Allah itu ? maka tidak ada salah diberi jawaban yang sesuai dengan pertanyaan itu: “Allah, tidak ada Illah (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (QS. Al-Baqarah: Ayat 255)

Jika masih juga bertanya tentang Allah, Maka benar jika diberi jawaban : “Dialah Allah  yang tiada Illah selain Dia. Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Raja yang Maha Suci. Yang Maha Sejahtera. Yang Mengaruniakan Keamanan. Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa. Yang Maha Kuasa. Yang Memiliki Segala Keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang menciptakan Yang Mengadakan, Yang membentuk rupa. Yang mempunyai nama-nama yang indah. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dialah Yang Maha Perkasa lagi maha Bijaksana (QS. Al-Hasyr: Ayat 22-24)

Mempelajari Ilmu tentang Allah adalah salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan ma’rifatullah (mengenal) Allah kita akan tahu sifat-sifat Allah melalui Asmaul Husna (Nama-nama Allah) yang berjumlah 99

8. Melakukan yang Allah Sukai

Al Qur'an adalah kitab yang tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi orang-orang beriman. (QS. Al-Baqarah: Ayat 2)

Dalam Al Qur'an banyak ayat yang menyebutkan Allah mencintai perbuatan-perbuatan tertentu seperti dibawah ini:

Ayat-ayat Al Qur'an yang diawali dengan kata Allah mencintai:

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali 'Imran: Ayat 31)
***
"(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali 'Imran: Ayat 76)
***

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali 'Imran: Ayat 134)
***

"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar." (QS. Ali 'Imran: Ayat 146)
***

"Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali 'Imran: Ayat 148)
***

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu  Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali 'Imran: Ayat 159)
***

"Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Hujurat: Ayat 9)
***

"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah: Ayat 8)
***

"Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (QS. As-Saff: Ayat 4)

Diawali dengan kata Allah menyukai :

"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Baqarah: Ayat 195)
***

"(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya , dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Maidah: Ayat 13)
***

"Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil." (QS. Al-Maidah: Ayat 42
***

"Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Al-Maidah: Ayat 93)
***

"kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa." (QS. At-Taubah: Ayat 4)
***

"Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa." (QS. At-Taubah: Ayat 7)
***

"Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih." (QS. At-Taubah: Ayat 108)

9. Ingatlah Allah Selalu

"Ingatlah Allah disaat waktu lapang, niscaya Allah akan mengingatmu di waktu sempit."
(HR. Muslim dan Tirmidzi)

Allah SWT berfirman: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar’rad: Ayat 28). Bagi orang yang sedang merasakan kesusahan atau sedang dirundung suatu masalah besar, dzikir dapat membantu hatinya agar merasa tenang, serta berikhtiar dan mengembalikannya kepada Allah SWT.

Sumber:

Tuesday, 6 December 2016

Manusia Yang Didoakan Malaikat

Anda ingin didoakan malaikat kepada Allah SWT?  Coba simak beberapa kutipan beberapa riwayat dan hadist dibawah ini.  Malaikat adalah ciptaan Allah dan termasuk dalam rukun iman. Malaikat termasuk makhluk Allah SWT yang tidak dapat kita lihat, akan tetapi wajib kita yakini. Makhluk yang di ciptakan Allah SWT dari cahaya, tidak pernah berdosa dan selalu melaksanakan perintah Allah SWT. Selain itu tahukah anda bahwa malaikat juga mendoakan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. 

Siapa saja manusia yang didoakan malaikat? inilah golongan manusia yang didoakan oleh malaikat:



1. Orang yang Tidur dalam Keadaan Bersuci

Jika ingin tidur dalam keadaan bersuci, sebelum tidur anda dapat mensucikan diri dengan berwudhu, lalu setelah itu lebih baik lagi jika shalat kemudian saat akan memejamkan mata, anda membaca doa tidur dan syahadat. 

Dari Abdullah bin Umar RA. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Barang siapa yang tidur dalam keadaan bersuci, maka malaikat akan bersamanya didalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa: Ya Allah, ampunilah hambamu, si Fulan, karena tidur dalam keadaan suci.” (HR. Ibnu Hibban)

2. Orang yang Duduk Menunggu Waktu Shalat


Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu waktu shalat selama ia dalam keadaan suci, melainkan para malaikat akan mendoakannya: Ya Allah sayangilah ia..” (HR. Muslim).

3. Orang-Orang yang Berada di Shaf Terdepan di Dalam Shalat Berjamaah

Dari al-Barra bin Azib RA. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat untuk (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan.” (HR. Abu Dawud)

4. Orang-Orang yang Menyambung Shaf Pada Saat Shalat Berjamaah


Hal ini sering disepelekan oleh jamaah yang shalat berjamaah. Padahal Rasulullah SAW telah bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat untuk orang-orang yang menyambung shaf-shaf.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim)

5. Para Malaikat Mengucapkan “Amiin” ketika Seorang Imam Selesai Membaca al-Fatihah


Yang satu ini mudah sekali dilakukan, cukup mengucap “amiin” setelah imam selesai membaca surah al-Fatihah. Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Jika seorang imam membaca: ‘ghairil maghdhubi alaihim waladh-dhallin maka ucapkanlah oleh kalian: amiin, karena barang siapa ucapannya bertepatan dengan ucapan malaikat, niscaya akan di ampuni dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari)

6. Orang yang Duduk di Tempat Shalatnya Setelah Melakukan Shalat


Pernahkah anda mendengar istilah “lamcing” shalat langsung plencing(keluar)? Istilah tersebut mungkin pernah kita lakukan jika terburu-buru beranjak dari tempat shalat kita. Untuk itu tak ada salahnya setelah shalat anda duduk seraya berdzikir, berdoa kepada Allah SWT untuk beberapa waktu saja. Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Para malaikat akan selalu bershalawat untuk salah satu diantara kalian, selama ia berada di tempat ia melakukan shalat selagi belum batal wudhunya (para malaikat) berdoa “Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia.” (HR. Ahmad)

7. Orang yang Melakukan Shalat Shubuh dan Ashar secara Berjamaah

Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh, lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas pada malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat asar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal. Allah bertanya kepada mereka, ‘bagaimana kalian meninggalkan hamba ku? Mereka menjawab “kami datang saat mereka tengah shalat dan kami tinggalkan mereka saat mereka tengah shalat. Maka, ampunilah mereka pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

8. Orang yang Mendoakan Saudaranya Tanpa Sepengetahuan Orang yang di Doakan

Dari Ummud Darda RA. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang terkabul. Di dekat kepalanya ada malaikat yang ditugaskan, setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat tersebut mengucapkan amiin dan engkau pun mendapatkan apa yang dia katakan.” (HR. Muslim)

9. Orang-Orang yang Berinfak dengan Ihklas

Dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Tidak satupun hari dimana seseorang hamba memasuki pagi harinya, kecuali kedua malaikat yang turun. Salah satu diantara keduanya berdoa, ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang berinfak. Dan lainnya berdoa, ya Allah hancurkanlah harta orang yang pelit. (HR. Bukhari-Muslim)

10. Orang yang sedang Makan Sahur di bulan Ramadhan

Terbiasa atau tidak, sunnah Rasul yang satu ini mendatangkan berkah tersendiri bagi yang menjalankannya. Dari Abdullah bin Umar RA. bersabda: Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk orang-orang yang makan sahur.” (HR. Ibnu Hibban dan Ath-Thabarani)

11. Orang yang sedang Menjenguk Orang Sakit

Dari Ali bin Abi Thalib RA. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Tidaklah seorang muslim menjenguk saudaranya, kecuali allah utus 70.000 malaikat yang beshalawat untuknya di bagian waktu siang kapan saja dia menjenguknya hingga sore, dan di waktu malam kapan saja dia menjenguknya hingga sore dan di waktu malam kapan saja dia menjenguknya hingga shubuh.“ (HR. Ahmad)

12. Seseorang yang sedang Mengajarkan Kebaikan Kepada Orang Lain

Dari Abu Umamah al-Bahily RA. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Keutamaan seorang alim atas ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, semut yang didalam lubangnya, dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. (HR. Tirmidzi)


Wallahu a’lamu bish shawwab.

Sumber:
- Google
- Aspal Putih

Sunday, 4 December 2016

Pengertian Hadits dan Jenis-Jenisnya



Berikut ini saya akan membahas tentang definisi hadits, macamnya, nama-nama dan istilahnya serta penjelasannya secara singkat dan padat.

Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan/mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW.

Menurut istilah ulama ahli hadits, hadits yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya (taqrîr), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi (bi'tsah) dan terkadang juga sebelumnya. Sehingga, arti hadits di sini semakna dengan sunnah.

Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW  yang dijadikan ketetapan ataupun hukum.

1. Struktur Hadits


Struktur hadits terdiri dari 2 elemen penting, yaitu sanad dan matan.


1. Sanad (Rantai Penutur/Perawi /Periwayat Hadits). 


Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.


2. Matan ( Redaksi dari Hadits).



Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadits ialah Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad SAW atau bukan. Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Qur'an (apakah ada yang bertolak belakang).

Berikut beberapa hadits berdasarkan beberapa kriteria:


I. Klasifikasi Hadits Menurut Jumlah Perawi


1. Hadist Mutawattir, adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah) berimbang.

2. Hadits Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain :
  1. Hadits Shahih yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut: Sanadnya bersambung. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yang adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya. Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yg mencacatkan hadits.
  2. Hadits Hasan bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yang  adil namun tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
  3. Hadits Dha’if (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa mursal, mu’allaq, mudallas, munqati’ atau mu’dal) dan diriwayatkan oleh  orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.
II. Klasifikasi Hadits Menurut Macam Periwayatannya

1. Hadits yang bersambung sanadnya.

Yaitu hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi Muhammad SAW. Hadits ini disebut hadits marfu' atau Maushul.

2. Hadits yang terputus sanadnya:

  1. Hadits Mu'allaq (Tergantung): Yaitu hadits yang permulaan sanadnya dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya. Contoh: "Seorang pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah).
  2. Hadits Mursal (Hadits yang dikirim): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'in dari Nabi Muhammad SAW. Tanpa menyebutkan sahabat penerima hadits tersebut. Atau bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3.
  3. Hadits Mudallas (Yang ditutup-tutupi): disebut juga hadits yang disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Jadi, hadits Mudallas ini ialah hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
  4. Hadits Munqati (Hadits yang terputus): Yaitu hadits yang hilang seorang atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur 2) mengatakan "Rasulullah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
  5. Hadits Mu'dhal (Terputus sanadnya): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh para tabi'it dan tabi'in dari Nabi Muhammad SAW. atau dari sahabat tanpa menyebutkan tabi'in yang menjadi sanadnya. Atau bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
III. Hadits-Hadits Dha'if Karena Cacat Perawi
  1. Hadits Maudhu’ (Yang dilarang): Yaitu bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang memiliki kemungkinan berdusta.
  2. Hadits Matruk (yang ditinggalkan): Yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta.
  3. Hadits Mungkar: Yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tepercaya/jujur.
  4. Hadits Mu'allal (yang sakit atau cacat): Yaitu hadits yang di dalamnya terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar, hadits Mu'allal ialah hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. Hadits ini biasa juga disebut hadits Ma'lul (yang dicacati) dan disebut hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).
  5. Hadits Mudltharib (yang kacau): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan.
  6. Hadits Maqlub (yang terbalik): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi).
  7. Hadits Munqalib (yang terbalik): Yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.
  8. Hadits Mudraj: yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh perawinya.
  9. Hadits Syad (yang jarang): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat/pembawa) yang terpercaya pula. Hadits syad jarang dihafal para ulama hadits, beda dengan hadits Mahfudz yang banyak dihafal.
IV. Klasifikasi Hadits Berdasarkan Ujung Sanad
  1. Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabi’in (penerus).
  2. Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat.
  3. Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad SAW.
Berikut adalah sanad (persambungan) beberapa perawi hadits dengan Nabi Muhammad SAW.


2. Beberapa Istilah Dalam Hadits
  1. Hadits Ghalia, yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah.
  2. Hadits Musnad, urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu.
  3. Hadits Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak penutur).
  4. Hadits Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan).
  5. Hadits Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir.
  6. Muttafaq 'alaih: Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari sumber sahabat yang sama, atau dikenal juga dengan Hadits Bukhari-Muslim.
  7. As-Sab'ah: Yaitu 7 perawi hadits termasyhur: Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i dan Ibnu Majah.
  8. Perawi: Yaitu orang yang meriwayatkan hadits.


ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ

Mudah-mudahan bisa dimanfaatkan dan bermanfaat.

Sumber: