Wednesday, 30 November 2016

Inilah Khutbah Iblis yang Paling Menyentuh Hati

Iblis telah berjanji bahwa ia akan menyesatkan manusia hingga akhir zaman nanti. Iblis adalah makluk Allah yang terlaknat, ia telah dikutuk oleh Allah hingga hari pembalasan nanti karena ia mengingkari perintah Allah.

Iblis meminta kepada Allah agar ia diizinkan untuk menggoda manusia dan menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Sehingga nanti diakhirat ia memiliki teman untuk ditempatkan didalam neraka.

Di hari akhirat kelak, iblis akan berkhutbah kepada para pengikutnya. Bahkan khutbah iblis ini adalah khutbah yang paling menyentuh hati. Bagaimana khutbah iblis di hari hari pembalasan nanti di depan para pengikutnya? Allah telah menunjukkannya kepada kita di dalam Alquran:


"Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih." (QS. Ibrahim:  Ayat 22)

"Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah "salaam". (QS. Ibrahim: Ayat 23)

Itulah khutbah iblis di akhirat kelak. Iblis akan berkata kepada para pengikutnya bahwa ia tidak dapat menolong pengikutnya. Bahkan iblis tidak mau dicerca.

Beruntunglah bagi yang membaca Al Qur'an, karena didalamnya Allah telah memberitahu kita tentang apa yang akan iblis katakan di akhirat nanti. Oleh sebab itu, marilah kita mendekatkan diri kepada Allah agar kita tidak terjebak dalam tipu daya iblis. Dan semoga Allah selalu melindungi kita dari hasutan iblis.

Sumber:
- Google
- Makintau

Surga dalam Al-Qur’an (Bag 3)



Pada bagian terakhir ini kita akan mencari tau apa saja minuman di surga. Terbuat dari apa pakaian mereka. Kemudian pada akhirnya kita akan mengetahui kenikmatan termahal yang diberikan Allah SWT pada penghuninya. Kenikmatan apakah itu?

♥ Minuman Surga

Penghuni surga dapat memilih minuman apapun yang ia kehendaki. Namun kali ini kita akan melihat apa saja minuman surga yang disebut dalam Al-Qur’an.

◊ Tasnim

Minuman ini adalah mata air yang akan diminum oleh orang-orang yang dekat dengan Allah SWT.

◊ Kafur

Kafur adalah suatu mata air di surga yang airnya putih dan nikmat sekali rasanya.

“Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.” (QS. Al-Insaan: Ayat 5)

◊ Minuman Jahe

Ada satu minuman yang bercampur dengan jahe. Tapi jangan khawatir, bagi kita yang tidak suka dengan jahe, perlu kita ingat bahwa jahe dunia dengan jahe akhirat tentu berbeda. Orang arab dulu sering mencampurkan minumannya dengan jahe, karena rasa jahe menjadi favorit mereka. Karena itu Al-Qur’an memberi contoh minuman dengan campuran favorit mereka agar mereka semakin rindu dengan surga.

Pada saatnya nanti kita akan mengupas rahasia dibalik penyebutan jahe dan buah-buahan tertentu dalam Al-Qur’an.

“Dan di sana mereka diberi segelas minuman bercampur jahe.” (QS. Al-Insaan: Ayat 17)

◊ Arak

“Mereka diberi minum dari khamar murni (tidak memabukkan) yang (tempatnya) masih dilak (disegel)” (QS. Al-Muthaffifiin: Ayat 25)

***

“Laknya (segelnya) dari kasturi. Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al-Muthaffifiin: Ayat 26)

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa orang yang berhak meminum arak di surga adalah mereka yang tidak mengotori mulutnya dengan arak dunia. Seorang yang meminum arak di dunia tidak akan pernah meminum arak di akhirat, sabda beliau.

Karena arak dunia jauh berbeda dengan arak di surga. Arak di dunia menjadikan peminumnya hilang kesadaran dan berbicara ngawur. Terkadang juga memiliki efek pusing. Sementara arak surga terbebas dari pengaruh itu semua.

“(Di dalam surga itu) mereka saling mengulurkan gelas yang isinya tidak (menimbulkan) ucapan yang tidak berfaedah ataupun perbuatan dosa.” (QS. At-Thur: Ayat 23)

***

“Dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun (perkataan) dusta.” (QS. An-Naba’: Ayat 35)

***

♥ Pakaian Surga

Para penghuni neraka memiliki pakaian yang terbuat dari api. Penghuni surga pun mengenakan pakaian khusus. Terbuat dari apakah pakaian mereka? Allah berfirman,

“Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadapan” (QS. Ad-Dukhan: Ayat 53)

Para penghuni surga mengenakan pakaian terbaik yang terbuat dari sutra. Ada dua jenis sutra disana, sutra yang tipis disebut Sundus. Dan sutra yang tebal yang disebut Istabraq.

“Mereka itulah yang memperoleh Surga ‘Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; (dalam surga itu) mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal.” (QS. Al-Kahf: Ayat 31)

Tidak ada lagi terdengar pakaian yang lungset atau luntur. Semua terbuat dari kain sutra terbaik. Mereka juga dihiasi dengan gelang-gelang emas yang menawan.

***

Setelah memiliki semua kenikmatan, kadang kita masih terganggu dengan kata-kata buruk dari orang lain. Entah berupa hasutan, sindiran atau kata-kata yang menyakitkan hati. Apakah kata-kata itu masih dapat mengganggu kita disurga?

“Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun yang menimbulkan dosa, tetapi mereka mendengar ucapan salam.” (QS. Al-Waqi’ah: Ayat 25-26)

♥ Kekal Abadi

Tiba-tiba ada seorang yang ingin menyenangkan hati kita. Dia menyiapkan Vila di bukit yang sejuk dengan segala fasilitas yang indah. Kita dipersilahkan untuk menempati Vila itu dan menggunakan segala fasilitasnya sepuasnya. Namun, kita Cuma diberi waktu 3 hari saja.

Bagaimana perasaan kita?

Tentu senang sekali. Siapa yang tidak mau diberi hiburan gratis yang memuaskan?

Namun dibalik kesenangan itu, pikiran kita masih terganggu oleh sempitnya waktu. Kita hanya diberi waktu 3 hari saja untuk menikmati fasilitas yang dia berikan. Habisnya waktu selalu membayangi pikiran kita dan berkata, “Sebentar lagi kesenangan ini akan habis.”

Sebesar apapun kenikmatan dunia yang kita rasakan, semuanya memiliki masa tenggang waktu. Tidak ada kenikmatan yang abadi selamanya. Inilah yang mengurangi kenikmatan itu. Pikiran tentang waktu yang akan habis saat menikmatinya. Entah kita yang meninggalkan kenikmatan itu atau kenikmatan itu yang pergi dari kita.

Nanti di surga, tidak ada lagi pikiran yang akan mengganggu kita karena semua kenikmatan itu sifatnya kekal dan abadi. Kita akan menikmatinya selamanya. Tanpa takut habisnya waktu.

“Dan orang yang beriman dan mengerjakan amal kebajikan, kelak akan Kami Masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. An-Nisa’: Ayat 122)

Dan masih ada banyak lagi ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang kenikmatan yang kekal di surga. Disana tidak ada lagi tempat untuk bersedih hati.

“Wahai hamba-hamba-Ku! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari itu, dan tidak pula kamu bersedih hati.” (QS. Az-Zukhruf: Ayat 68)

Hingga sampai pada saatnya para penghuni surga mendapatkan kenikmatan termahal. Kenikmatan yang melebihi semua kenikmatan sebelumnya. Derajat kemuliaan yang paling tinggi. Yaitu ketika mereka memperoleh kerelaan dari Allah SWT.

“Allah Menjanjikan kepada orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan (mendapat) tempat yang baik di surga ‘Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung.” (QS. At-Tubah: Ayat 72)

Ketika Allah telah rela kepada hamba-Nya, Dia akan memberinya minuman yang akan mensucikan diri mereka dari segala sesuatu. Sehingga tidak ada lagi pada dirinya kecuali Allah SWT. Dan itulah kenikmatan termahal.

“Dan Tuhan Memberikan kepada mereka minuman yang bersih (dan suci).” (QS. Al-Insaan: Ayat 21)

Sumber:
- Al Qur'an dan Hadist

Monday, 28 November 2016

Surga dalam Al-Qur’an (Bag 2)


Kita masih menyimak kenikmatan surga. Suatu tempat yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga dan mustahil di bayangkan oleh benak manusia. Sebelumnya kita telah mendengar kemolekan bidadari surga yang menemani penghuninya. Anak-anak kecil yang melayani dan tempat tinggal yang luas. Seluas bumi dan langit.

Jika tempat tinggal penghuni surga seluas bumi dan langit. Lalu apa perabotan yang mengisi tempat seluas itu?

♥ Perabotan Surga

“Kepada mereka diedarkan piring-piring dan gelas-gelas dari emas, dan di dalam surga itu terdapat apa yang diingini oleh hati dan segala yang sedap (dipandang) mata.” (Az-Zukhruf: Ayat 71)

Tidak seperti di dunia, piring-piring surga terbuat dari emas. Indah dipandang mata dan sesuai dengan keinginan penghuninya.

“Dan kepada mereka diedarkan bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kristal, kristal yang jernih terbuat dari perak, mereka tentukan ukurannya yang sesuai (dengan kehendak mereka).” (QS. Al-Insaan: Ayat 15-16)

Selain emas, ada juga bejana yang terbuat dari perak yang tembus pandang. Tidak seperti perak di dunia yang pekat. Disana juga ada dipan-dipan untuk tempat duduk para penghuninya. Terhampar permadani yang indah dan bantal yang tersusun rapi. Mereka saling berhadapan, berbincang-bincang menikmati segala fasilitas yang diberikan atas amal baiknya di dunia.

“Di sana ada mata air yang mengalir. Di sana ada dipan-dipan yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya), dan bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar.” (QS. Al-Ghasiyah: Ayat 12-16)

***

“Mereka berada di atas dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata, mereka bersandar di atasnya berhadap-hadapan.” (QS. Al-Waqi’ah: Ayat 15-16)

Setelah dimanjakan dengan perabotan yang memuaskan, mereka juga tak pernah merasa kepanasan atau kedinginan.

“Di sana mereka duduk bersandar di atas dipan, di sana mereka tidak melihat (merasakan teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang berlebihan.” (QS. Al-Insaan: Ayat 13)

♥ Sungai-sungai Surga

“Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa; di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar (anggur yang tidak memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni.” (QS. Muhammad: Ayat 15)

Pada ayat ini, ada 4 sungai yang disediakan Allah SWT untuk tamu-Nya di surga. Ada sungai yang mengalir air jernih didalamnya. Ada juga sungai susu yang tak pernah berubah rasanya. Jika di dunia ada arak yang rasanya tidak enak dan memabukkan, maka di surga ada juga sungai yang mengalir arak yang lezat rasanya. Dan yang terakhir adalah sungai yang terbuat dari madu yang murni dan nikmat.

Penghuni surga tidak perlu keluar ke halaman untuk merasakan kenikmatan air sungai itu. Mereka bisa mengalirkan sungai itu ke kamar mereka. Dan dengan leluasa mengambil sesuka hati mereka.

“(yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah dan mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Insaan: Ayat 6)

♥ Makanan Surga

“Dan Kami Berikan kepada mereka tambahan berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” (QS. At-Thur: Ayat 22)

***

“Dan buah-buahan apa pun yang mereka pilih, dan daging burung apa pun yang mereka inginkan.” (QS. Al-Waqi’ah: Ayat 20-21)

Surga dipenuhi dengan buah-buahan dan daging apapun yang diinginkan penghuninya. Jika kita perhatikan, akan kita temukan dalam dua ayat ini bahwa Allah SWT selalu mendahulukan buah-buahan sebelum daging. Fenomena ini membuat seorang peneliti barat penasaran dan mencari apa dibalik rahasia ayat ini.

Setelah diteliti, ternyata pencernaan manusia merasa berat saat mencerna daging. Butuh waktu lama untuk proses menghancurkan daging di dalam perut. Hebatnya, jika kita memakan buah sebelum memakan daging maka sari buah itu membantu pencernaan kita dalam mencerna daging. Sehingga kerja perut menjadi ringan dan waktu untuk mencerna daging lebih cepat. Itulah rahasia kenapa Allah dahulukan buah-buahan sebelum menyebut daging. Subhanallah !

◊ Apa saja buah-buahan yang tersedia di surga?

Semua buah yang kita inginkan selalu tersedia di surga. Namun ada jenis buah khusus yang disebutkan didalam Al-Qur’an.

“Di dalam kedua surga itu ada buah-buahan, kurma dan delima.” (QS. Ar-Rahman: Ayat 68)

***

“Sungguh, orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur” (QS. An-Naba’: Ayat 21-22)

Jika kita perhatikan, hanya buah anggur yang disebutkan sebagai satu-satunya buah surga didalam Surat An-Naba’. Mengapa?

Ternyata para ahli gizi menyebutkan bahwa anggur adalah buah yang memiliki kandungan luar biasa. Bahkan menyerupai ASI Ibu dalam kandungan gizinya. Selain buah-buahan diatas, ada ayat lain yang menyebut buah di surga.

“Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya)” (QS. Al-Waqi’ah: Ayat 29)

◊ Apakah buah di surga hanya yang disebut diatas?

Tentu tidak ! Jangan pernah bertanya apakah ini ada atau tidak. Di surga nanti, semua makanan tersedia mengikuti keinginan penghuninya.

“Di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta.” (QS. Fussilat: Ayat 31)

◊ Apakah buah surga mengikuti musimnya seperti di dunia?

Untuk menjawab pertanyaan ini, cukup dengan firman Allah SWT,

“Yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya” (QS. Al-Waqi’ah: Ayat 33)

Buah-buahan surga tidak memiliki musim tertentu. Selalu tersedia kapanpun kita menginginkannya. Terkadang, seorang ingin memakan salah satu buah di dunia tapi dokter melarangnya karena akan mengganggu kesehatan. Namun disana, tidak ada pantangan sedikitpun.

Ketika di dunia, kita kesulitan saat ingin memetik buah. Perlu tangga, kayu atau menyuruh orang lain.

◊ Bagaimana jika ingin memetik buah di surga?

“Dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat” (QS. Al-Haqqah: Ayat 22-23)

***

“Dan naungan (pepohonan)nya dekat di atas mereka dan dimudahkan semudah-mudahnya untuk memetik (buah)nya.” (QS. Al-Insaan: Ayat 14)

Buah di surga begitu mudah dipetik. Saat hati menginginkan, pohon itu akan datang dan kita tinggal memetik dengan mudah. Rasulullah SAW bersabda,

“Demi jiwa Muhammad yang ada ditangan-Nya, sungguh seorang penghuni surga ketika dia memetik buah untuk dimakan sementara buah itu belum sampai pada mulutnya, Allah SWT telah mengganti buah itu ditempatnya dipetik.”

Setiap buah memiliki pasangan, namun rasanya berbeda-beda.

“Di dalam kedua surga itu terdapat aneka buah-buahan yang berpasang-pasangan.” (QS. Ar-Rahman: Ayat 52)

◊  Apa beda makanan di dunia dan akhirat?

Untuk makanan di dunia Allah berfirman,

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak Menyukai orang yang berlebih- lebihan.” (QS. Al-A’raf: Ayat 31)

Dan untuk makanan di akhirat, Allah berfirman,

(kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (QS. Al-Haqqah: Ayat 24)

Kelezatan makanan di surga telah kita lewati. Lalu bagaimana dengan minumannya?

Apakah penghuni surga juga menggunakan pakaian tertentu?

Di dunia ini, walau kita telah memiliki apa yang kita inginkan. Masih saja ada gangguan berupa kata-kata orang yang menyakitkan hati. Apakah kata-kata itu masih bisa mengganggu kita disurga?

Temukan jawabannya dalam Surga dalam Al-Qur’an (Bag 3)

Mulia di Dunia Belum Tentu Mulia di Akhirat


Mulia di Dunia belum tentu Mulia di Akhirat

Kali ini kita akan mengambil pelajaran dari surat Al-Kahfi. Allah berfirman :

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا

“Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka terhapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (QS. Al-Kahfi: Ayat 105)

Orang-orang yang mendapat kemuliaan didunia, yang hidupnya dipenuhi dengan harta, jabatan dan popularitas belum tentu tetap menjadi mulia di kehidupan akhirat nanti.

Ketika “orang-orang mulia” ini kufur terhadap Allah, mereka tak ada nilainya sama sekali disisi-Nya. Bahkan amalan-amalan mereka pun tidak dipandang oleh Allah.

Dalam ayat selanjutnya Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal.” (QS. Al-Kahfi: Ayat 107)

Ayat kedua ini menceritakan sebaliknya. Walaupun miskin, hina dan bukan orang terpandang di dunia, orang-orang beriman memiliki timbangan kebaikan yang amat berat. Hari itu mereka lebih mulia dari orang yang dianggap mulia di dunia, itu semua karena keimanan dan ketakwaan mereka.

Kemudian Allah berfirman,

خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا

“Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.” (QS. Al-Kahfi: Ayat 108)

Tentu orang-orang beriman tak ingin lagi berpindah tempat. Bagaimana ingin pindah jika dihadapan mereka tersedia semua kenikmatan?


Karena itu silahkan memilih tempat tinggal kita nanti, mumpung kita masih punya kesempatan untuk memilih.

Sunday, 27 November 2016

Seorang Bijak Ditanya, “Kenapa Hidupmu Begitu Tenang?”



Dikisahkan seorang bijak yang hidupnya bahagia dan hatinya selalu tenang. Berbagai masalah tak membuatnya mengeluh dan bermacam musibah tak membuatnya bersedih.

Ia pernah ditanya, apa yang membuat hidupmu begitu tenang dan nyaman?

Dia pun menjawab,

“Renungkan empat ayat dari alquran ini, maka engkau akan memahami bahwa tidak ada tempat untuk mengeluh dan bersedih.”

Allah SWT berfirman,

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا

“Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya.” (QS. Fathir: Ayat 2)

وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ

“Dan jika Allah Menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia.” (QS. Al-An’am: Ayat 17)

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya Dijamin Allah rezekinya.” (QS. Huud: Ayat 6)

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: Ayat 6)

Masih adakah tempat untuk gelisah dan bersedih setelah membaca keempat ayat ini? ayo coba berfikir lebih jernih!? :)

Apakah Hidupmu Tidak Bahagia?



وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS. Thaha: Ayat 124)

Sebelum mencari penyebab hilangnya kebahagiaan dalam hidup kita, coba timbanglah kehidupan kita selama ini. Perhatikan berapa banyak kita berpaling dari Allah.

Renungkanlah sejenak, karena jawaban atas hilangnya kebahagiaan itu ada pada diri kita sendiri.

Cara Al-Qur’an Menghargai Hak-Hak Manusia



Sistem yang baik dan tepat adalah sistem yang mengedepankan hak-hak manusia (tanpa melupakan hal-hal penting lainnya). Sejalan dengan hal ini, ketika kita membaca ayat-ayat Al-Qur’an akan kita temukan berbagai ayat yang menjunjung tinggi hak manusia. Semakin dalam kita mempelajarinya, semakin tampak pula sistem Islam yang memperhatikan hak setiap insan.

Al-Qur’an sangat memperhatikan urusan menjaga darah, kehormatan dan harta manusia. Hingga satu nyawa seseorang disamakan dengan seluruh nyawa manusia. Allah SWT berfirman,

“Barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.” (QS. Al-Ma’idah: Ayat 32)

Sungguh tidak akan kita temukan sebuah perumpamaan yang begitu indah ini dalam sistem kehidupan manapun.

Dalam urusan hak-hak manusia, Al-Qur’an sangat mengedepankan keadilan didalamnya. Dalam ayat lain Allah memperingatkan untuk berbuat adil kepada siapapun walaupun itu musuh kita. Jangan sampai kebencian membuat kita berlaku tidak adil.

“Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Ma’idah: Ayat 8)

Dan dalam ayat lain Allah menekankan untuk berlaku adil walau terhadap orang tua, keluarga bahkan kepada diri sendiri.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya).” (QS. An-Nisa’: Ayat 135)

Al-Qur’an pun sangat menekankan untuk menjaga dan menyayangi anak-anak yatim hingga mereka mampu untuk mandiri. Perlakukan mereka dengan adil seperti kita memperlakukan anak-anak kita.

“Dan (Allah Menyuruh kalian) agar mengurus anak-anak yatim secara adil.” (QS. An-Nisa’: Ayat 127)

Tak hanya itu, Al-Qur’an menjadikan kepeduliaan kepada anak yatim dan sikap-sikap moral lainnya sebagai wujud dari Tauhid kepada Allah SWT.

“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat.”  (QS. Al-Baqarah: Ayat 83)

Dan yang menarik dari ayat ini adalah Allah menjelaskan lima aturan kemanusiaan ditengah membicarakan dua hal prinsip dibidang akidah dan amal yaitu tauhid dan solat.

Seakan Allah ingin menjelaskan bahwa keyakinan tauhid dan solat tidak akan berarti tanpa menjaga dan menjunjung tinggi hak-hak manusia. Keyakinan dalam hati harus diaplikasikan dengan kepeduliaan dengan sesama. Sementara hasil dari solat adalah menjaga dan berbuat baik kepada sesama manusia juga.

Semoga kita termasuk orang-orang yang menjaga dan menunaikan hak-hak manusia secara adil dan bijaksana. Amin. (Khazanah Al Qur'an)

Jangan Mati Kecuali dalam Keadaan Muslim !


Mendapat hidayah dengan menjadi seorang muslim adalah anugerah yang amat besar dari Allah SWT. Di awal-awal kemunculan Islam, ada orang-orang yang membanggakan diri dihadapan Allah dengan keislaman mereka. Mereka merasa berjasa karena telah memilih islam. Namun dengan tegas Allah mengingatkan bahwa hidayah Islam adalah anugerah dan pemberian Allah SWT,

Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang Melimpahkan nikmat kepadamu dengan Menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat: Ayat 17)

Menjadi muslim adalah nikmat dan anugerah, namun tugas kita adalah menjaga diri untuk tetap menjadi muslim sampai akhir hayat. Jangan sampai kita telah menerima hidayah Islam tapi mati tidak dalam keadaan muslim.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali Imran: Ayat 102)

Datangnya ajal bukan ditangan kita, namun Allah selalu berpesan untuk jangan mati kecuali dalam keadaan muslim. Karena kita tidak pernah tau kapan kematian itu akan datang, maka jangan pernah keluar dari garis Islam. Jangan pernah terlepas dari naungan Islam karena kematian bisa datang kapan saja.

Pesan untuk menjaga keislaman hingga akhir hayat itu begitu penting, hingga wasiat Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub AS kepada putra-putranya adalah agar mereka tidak mati kecuali dalam keadaan muslim.

Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya‘qub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah Memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Al-Baqarah: Ayat 132)

Begitupula Nabi Yusuf AS. Disaat beliau berada dipuncak kekuasaan negeri Mesir, permintaan terakhirnya kepada Allah adalah agar dirinya tidak mati kecuali dalam keadaan muslim.

“Wafatkanlah aku dalam keadaan Muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.” (QS. Yusuf: Ayat 101)

Ketika tukang sihir Fira’un dikalahkan oleh Nabi Musa AS, mereka langsung beriman kepada Nabi Musa dan tidak memperdulikan ancaman Fir’aun yang akan menyiksa mereka. Doa mereka hanyalah berharap untuk menjadi muslim hingga akhir hayat.

Dan engkau tidak melakukan balas dendam kepada kami, melainkan karena kami beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami.” (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan Muslim (berserah diri kepada-Mu).” (QS. Al-A’raf: Ayat 126)

Semua kisah diatas dimulai dari wasiat Nabi Ibrahim dan Ya’qub AS kepada putranya, doa Nabi Yusuf dan doa para penyihir Fir’aun mengajarkan kepada kita untuk tidak mati kecuali dalam keadaan muslim.

Maka marilah kita selalu menjaga islam kita dengan mengikuti ketentuan Allah SWT. Karena kematian sewaktu-waktu akan datang tanpa kita duga.

Sumber:

Surga dalam Al-Qur’an (Bag 1)


Islam selalu seimbang dalam memberikan porsi rasa takut dan harapan. Setelah Al-Qur’an mengancam manusia dengan ganasnya api neraka. Kini rasa takut itu di imbangi dengan kabar gembira tentang surga.

Rasulullah SAW sering menceritakan kenikmatan surga dihadapan para sahabatnya. Mereka pun sering bertanya tentang surga untuk membuat hati mereka rindu dan bersemangat untuk melakukan amal soleh.

Kali ini kita akan mengintip kenikmatan surga sesuai dengan penjelasan Al-Qur’an. Walaupun apa yang telah Allah ceritakan tentang kenikmatan surga bukanlah seperti kenyataannya. Cerita tentang kenikmatan itu hanya untuk mendekatkan pemahaman kita yang terbatas. Sebenarnya, kenikmatan surga tidak bisa di jangkau oleh manusia. Rasulullah pernah mengutip firman Allah dalam Hadist Qudsi-Nya,

“Aku telah menyiapkan bagi hamba-Ku yang saleh sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terbesit dalam benak seseorang.”

Namun, kita tetap akan mengkaji kenikmatan surga menurut Al-Qur’an agar hati kita rindu kepadanya. Dan semoga dengan kerinduan itu kita akan lebih giat untuk meraih kenikmatan abadi ini.

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: Ayat 25)

♥ Bidadari Surga

Al-Qur’an berulang kali menceritakan bahwa kenikmatan yang akan didapat di surga adalah bidadari. Berulang kali Allah menjelaskan tentang sifat-sifat bidadari surga. Mengapa?

Karena manusia memiliki naluri menyukai lawan jenisnya. Dia memiliki fitrah untuk mencintai wanita. Bahkan ketika Allah menceritakan tentang syahwat duniawi manusia, Allah mendahulukan wanita sebelum kesukaan yang lain.

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang.” (QS. Ali Imran: Ayat 14)

Surga adalah hadiah bagi mereka yang telah beramal di dunia. Dan hadiah terbaik adalah sesuai keinginan si penerima. Karena itu Allah menjanjikan kenikmatan yang disukai manusia agar jiwanya tergugah untuk segera meraihnya.

Surga dihiasi oleh wajah molek bidadari-bidadarinya. Allah SWT menyifati mereka dalam firman-Nya,

♦ Baik dan elok

“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik dan jelita.” (QS. Ar-Rahman: Ayat 70)

Kita akan melihat perangai yang indah dan wajah yang elok ketika melihat bidadari itu. Tidak ada yang terlihat dari mereka kecuali keindahan.

♦ Belum Pernah disentuh Siapapun

“Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya.” (QS. Ar-Rahman: Ayat 56)

Para bidadari terjaga dalam sebuah tempat yang mulia. Tidak sembarang orang bisa melihatnya. Mereka tidak pernah disentuh oleh siapapun sebelum kita.

♦ Selalu perawan dan muda

“Lalu Kami Jadikan mereka perawan-perawan, yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqi’ah: Ayat 26-27)

Semua bidadari di surga adalah perawan. Dan ketika kita mendatangi mereka berapa kali pun, mereka akan tetap seperti pertama kali kita datang. Selalu perawan dan penuh kemesraan. Penuh cinta dan kasih sayang. Selain itu, mereka juga tidak pernah menua. Tetap pada umur mudanya.

Bukankah telah datang seorang wanita tua kepada Rasulullah SAW. Dia meminta beliau untuk mendoakannya masuk surga. Namun Rasulullah menjawabnya, “Tidak ada orang tua di surga.” Seketika dia menangis karena tidak bisa masuk surga dengan umurnya yang tua. Kemudian Rasulullah SAW segera menenangkannya dengan berkata bahwa semua yang tua akan menjadi muda di dalam surga.

♦ Seperti Mutiara dan Permata

“Laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al-Waqi’ah: Ayat 23)

Para bidadari laksana permata yang terjaga. Kecantikannya begitu memancar dan kelembutannya selembut mutiara.

“Seakan-akan mereka itu permata yakut dan marjan.” (QS. Ar-Rahman: Ayat 58)

♦ Pasangan yang Suci.

“Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: Ayat 25)

Imam Ja’far Shodiq menyebutkan bahwa para bidadari itu suci dari Haid atau darah selainnya. Selalu siap melayani. Dan tak pernah berubah seperti pertama kali bertemu.

♦ Apakah Ada Komunikasi?

Imam Ja’far pernah ditanya oleh sahabatnya, “Apakah ada pembicaraan dengan bidadari?”

Imam menjawab, “Ya, belum pernah seluruh makhluk mendengar pembicaraan seperti yang dibicarakan bidadari.”

“Apa yang dibicarakan?” Tanya sahabat itu.

“Mereka berkata bahwa kami adalah (bidadari) yang kekal dan tak akan mati. Kami selalu ramah dan tak pernah berlaku kasar. Kami akan terus berada disini dan tak pernah meninggalkan. Dan kami selalu rela dan tak pernah marah. Beruntung siapa yang diciptakan untuk kami dan beruntung siapa yang kami diciptakan untuknya. Jika sedikit saja kami ditampilkan di bumi maka seluruh makhluk tidak akan mampu melihat cahaya kami.”

Inilah yang dijanjikan Allah bagi mereka yang beriman dan beramal sholeh.

♥  Anak-Anak Kecil yang Lucu

“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda.” (QS. Al-Waqi’ah: Ayat 17)

Para penghuni surga disambut oleh anak-anak kecil yang lucu. Umur mereka tidak bertambah. Selalu terlihat indah dipandang. Tugas mereka adalah melayani para penghuni surga. Mereka berkeliling disekitar penghuni surga untuk selalu siap melayani apapun kemauan tuannya. Dalam ayat lain, Allah swt berfirman,

“Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda-pemuda yang tetap muda. Apabila kamu melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan.” (QS. Al-Insaan: Ayat 19)

♥  Tempat Tinggal Penghuni Surga

Seberapa besar tempat tinggal yang disediakan Allah untuk penghuni surga?

Allah SWT berfirman,

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhan-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran: Ayat 133)

Saat memasuki surga, kita adalah tamu-tamu Allah SWT. Coba bayangkan apa yang diberikan Penguasa Alam kepada tamu-tamu kemuliaan-Nya.

Dengan tempat tinggal yang begitu luas itu, kira-kira apa perabotan yang menghiasi ruangan penghuni surga?

Bagaimana pakaian mereka?

Apa makanan dan minuman mereka sehari-hari?

Temukan jawabannya di Surga dalam Al-Qur’an (Bag 2)

Saturday, 26 November 2016

Kisah Ainul Mardhiah Bidadari Tercantik di Surga


Kisah Ainul Mardhiah diceritakan dalam Hadits Nabi riwayat Tirmidzi. Setiap pandangan yang melihatnya pasti akan menemukan keridhaan di hati.

Ketika pagi hari di bulan Ramadhan, Nabi sedang memberikan targhib (semangat untuk berjihad) kepada pasukan Islam. Nabi pun bersabda, "Sesungguhnya orang yang mati syahid karena Allah, maka Allah akan menganugerahkannya Ainul Mardhiah, bidadari paling cantik di surga" . Salah satu sahabat yang masih muda yang mendengar cerita itu menjadi penasaran. Namun, karena malu kepada Nabi dan sahabat-sahabat lain, sahabat ini tidak jadi mencari tahu lebih dalam mengenai Ainul Mardhiah.

Waktu Zuhur sebentar lagi, sesuai sunah Rasul, para sahabat dipersilakan untuk tidur sejenak sebelum pergi berperang. Bersama kafilah perangnya pun sahabat yang satu ini tidur terlelap dan sampai bermimpi.

Di dalam mimpinya dia berada di tempat yang sangat indah yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Dia pun bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Ia pun bertanya kepada wanita tersebut, " Di manakah ini?" .
" Inilah surga." , jawab wanita itu.
Kemudian sahabat ini bertanya lagi, " Apakah Anda Ainul Mardhiah?" .
" Bukan, saya bukan Ainul Mardhiah. Kalau Anda ingin bertemu dengan Ainul Mardhiah, dia sedang beristirahat di bawah pohon yang rindang itu."

Didapatinya oleh sahabat itu seorang wanita yang kecantikannya berkali-kali lipat dari wanita pertama yang ia lihat.
" Apakah Anda Ainul Mardhiah?" 
" Bukan saya ini penjaganya. Kalau Anda ingin bertemunya di sanalah singgasananya."

Lalu sahabat ini pun pergi ke singgasana tersebut dan sampailah ke suatu mahligai. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari wanita sebelumnya yang sedang mengelap-ngelap perhiasan. Sahabat ini pun memberanikan diri untuk bertanya.

" Apakah Anda Ainul Mardhiah?" 
" Bukan, saya bukan Ainul Mardhiah. Saya penjaganya di mahligai ini. Jika Anda ingin menemuinya, temuilah ia di mahligai itu."

Pemuda itu pun beranjak dan sampailah ke mahligai yang ditunjukkan. Didapatinya seorang wanita yang kecantikannya berlipat-lipat dari wanita sebelumnya dan sangat pemalu. Pemuda itu pun bertanya.

" Apakah Anda Ainul Mardhiah?" 
" Ya, benar saya Ainul Mardhiah"

Pemuda itu pun mendekat, tetapi Ainul Mardhiah menghindar dan berkata, " Anda bukan seorang yang mati syahid."

Seketika itu juga pemuda itu terbangun dari mimpinya. Dia pun menceritakan ceritanya ini kepada seorang sahabat kepercayaannya yang dimohonkan untuk merahasiakannya sampai ia mati syahid.
Komando jihad pun menggelora. Sahabat ini pun dengan semangatnya berjihad untuk dapat bertemu dengan Ainul Mardhiah. Ia pun akhirnya mati syahid.


Di petang hari ketika buka puasa, sahabat kepercayaan ini menceritakan mimpi sahabat yang mati syahid ini kepada Nabi. Nabi pun membenarkan mimpi sahabat muda ini dan Nabi bersabda, " Sekarang ia bahagia bersama Ainul Mardhiah".